Jumat, 22 Juni 2012

Laporan PKL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Kerja Praktek
Sarana kelistrikan di era globalisasi seperti sekarang ini sangat dibutuhkan. Perkembangan teknologi tak akan berjalan tanpa adanya listrik.
Kerja Praktek merupakan salah satu program kegiatan akademik yang diberikan oleh pihak kampus kepada mahasiswanya untuk dapat mengaplikasikan teori yang didapat dari masing-masing universitas pada saat kegiatan perkuliahan kedalam dunia nyata.
Dari kerja praktek yang dilakukan, mahasiswa dapat mengetahui secara langsung situasi di lapangan. Tidak hanya mendapatkan keterampilan kerja dan pengetahuan tentang dunia kerja, tetapi juga dapat mengaplikasikan sedikitnya ilmu yang didapat selama kegiatan akademik di kampus kedalam dunia nyata. Dengan adanya proses Kerja Praktek ini, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan materi-materi kuliah yang telah diajarkan di kampus, ataupun dapat menyerap berbagai ilmu dan pengalaman dunia kerja yang sesungguhnya serta dapat mengembangkannya sesuai dengan kondisi pekerjaan yang mereka tempati. Dan dengan pengembangan terhadap materi yang ada, mahasiswa di harapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan itu sendiri, dengan berdasar teori yang didapat, dan bukti yang jelas.

Hikmah yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program Kerja Praktek ini yaitu dapat mempersiapkan para mahasiswa dengan bentuk nilai dan karakter yang sesuai dengan tuntutan sebagai sumber daya manusia yang handal. Setelah berhasil dalam menjalankan program Kerja Praktek diperusahaan dengan menguasai bidang-bidang kerja yang telah di dapatkan, sudah selayaknya wawasan, keterampilan serta pengetahuan itu dituangkan ke dalam bentuk laporan sehingga semua pihak dari berbagai kalangan yang berkepentingan dapat memperoleh manfaat dari PKL yg di jalankan semala 30 hari tersebut.



1.2 Identifikasi Masalah
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek  ini, saya memilih bidang garapan pada Jaringan JTM Pada Penyulang Balung PT.PLN (persero) Rayon Jember kota. Dalam bidang garapan ini, saya menemukan masalah dan harus segera dirumuskan penyelesaianya, yaitu:
·         Bagaimana mengatasi ganguan pada jaringan JTM pada penyulang balung?
·         Apa penyebab terjadinya gangguan JTM pada penyulang balung ?
·         Bagaimana cara pembagian daya pada setiap travo pada penyulang balung ?


1.3 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
1.3.1 Maksud Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan untuk menggali ilmu pengetahuan di bidang teknologi listrik pada umumnya, serta mendapat pengetahuan yang lebih mendalam tentang menyuplai aliran listrik. Oleh karena itu saya memilih PT.PLN (persero)  sebagai tempat pelaksanaan kerja praktek dan ditempatkan dibagian Sistem Tehnis ganguan khususnya mengenai masalah jaringan JTM,SR, dan Travo. Pada pelaksanaan Kerja Praktek di PLN tersebut, saya mendapat banyak pengetahuan tentang sistem jaringan dan dapat melakukan tanya jawab langsung dengan teknisi yang berada di sana.

1.3.2        Tujuan Kerja Praktek
·         Agar perguruan tinggi menghasilkan sarjana pembangunan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang lebih menghayati permasalahan kompleks yang dihadapi oleh bangsa dalam pembangunan.
·         Supaya perguruan tinggi lebih menyesuaikan pendidikan pada tuntutan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

1.4      Manfaat Kerja Praktek
a)      Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja secara interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya ketergantungan kaitan dengan kerjasama antar sektor.
b)      Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang kemanfaatan ilmu dan teknologi yang dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan.
c)      Memperdalam penghayatan dan pengalaman mahasiswa terhadap kesulitan yang di hadapi oleh suatu instansi atau perusahaan dalam melaksanakan pembangunan.



BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


2.1 Sejarah Singkat PT.PLN (persero)
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang menjadi untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 MW saja.
Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas, dimana saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW.
Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
2.2 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Rayon Jember kota

 
STRUKTUR ORGANISASI
STRUKTUR ORGANISASI PT. PLN (PERSERO)
RAYON JEMBER KOTA
TAHUN 2012
















2.3  Produk Layanan PT. PLN (Persero)

Pada intinya, produk yang dijual oleh PT. PLN ( Persero ) Distribusi Jawa timur adalah energi listrik yang biasa dipergunakan untuk menjalankan mesin dan penerangan. Berdasarkan tujuan pemakaian listrik, maka energi listrik yang dijual kepada pelanggan dibagi kedalam beberapa golongan tarif. Golongan tarif S ( kepentingan sosial ), tarif R ( rumah tangga kecil dan besar ), tarif B ( bisnis ), tarif I ( industri ) dan tarif P ( pemerintah dan penerangan jalan umum ).
Berdasarkan Keputusan Presiden No.83 tahun 2001, ditambahkan golongan tarif baru, yaitu tarif T ( Traksi / kereta listrik ) dan tarif C ( curah ). Untuk keperluan khusus, PT. PLN ( Persero ) Distribusi Jawa timur menyediakan golongan tarif M ( multiguna ) yang diperuntukan bagi pengguna tenaga listrik dengan persyaratan khusus atau spesifik secara materi memberi nilai tambah lebih bagi PT. PLN ( Persero ) Distribusi Jawa timur maupun bagi pelanggan. Transaksi multi guna sangat menguntungkan karena dibuat berdasarkan kesepakatan semua pihak melalui proses negoisasi yang transparan dan saling menguntungkan serta dituangkan dalam perjanjian tersendiri.

2.4  PT. PLN (Persero) UPJ Rayon Jember kota
            PT.PLN (persero)  Unit Pelayanan Jaringan UPJ rayon jember kota beralamatkan di Jl.Bp Sudirman No. 24 Jember, untuk menunjang pasokan listrik pada pelanggan maka PT.PLN (Persero) Rayaon jember kota di suplai oleh gardu induk GI Jember, menyuplai penyulang:
1.      Travo I / MO MVA
·         Penyulang Arjasah
·         Penyulang Rambi Puji
·         Penyulang Tanjung
·         Penyulang Seruji
2.      Travo II / 20 MVA
·         Penyulang Tegal Boto
·         Penyulang Karimata
3.      Travo III / 60 MVA
·         Penyulang Ambulu
·         Penyulang sukorambi
·         Penyulang Blater
·         Penyulang Glantangan
·         Penyulang Paku Sari
·         Penyulang Gajah Mada
·         Penyulang Kalisat
4.      Travo IV / 60 MVA
·         Penyulang Watu Ulo
·         Penyulang Mayang
·         Penyulang Balung
·         Penyulang Semen Puger

PT. PLN (Persero) UPJ Rayon Jember Kota memiliki ;

Ø  Luas daerah                             :
Ø  Jumlah Kecamatan                   :
Ø  Jumlah Desa                            :
Ø  Jumlah Kepala Keluarga           :
Ø  Panjang Jaringan                       : 906.641 km , terdiri dari ;
a. SKTM  3.843
b. SUTM  330.906
c. SUTR 571.892
Ø  Jumlah Pelanggan                     : 95542 , terdiri dari ;
a. Pelanggan Industri             :  90 industri
b. Pelanggan Umum              : 95452 pelanggan umum
Ø  KWH tersambung                     : 20009410 KVA



2.5  Falsafah, Visi, Misi, Filosofi dan Motto PLN

a.      Falsafah Pembawa kecerahan dan kegairahan dalam kehidupan masyarakat yang produktif.
b.      Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
c.       Misi
ü  Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
ü  Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
ü  Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
ü  Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
d.      Filosofi
Demi Visi dan Misi perusahaan, maka landasan filosofi PT. PLN ( Persero ) Unit Bisnis Jawa Barat adalah :
“Mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kepentingan pelanggan dengan menjadikan sumber daya manusia sebagai sumber daya perusahaan.”
e.       Motto
Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik.
( Electricity for a better life )











BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen.  Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik adalah :
a.  Gardu Induk Distribusi
b.  Jaringan Primer (JTM)
c.  Transformator Distribusi
d.  Jaringan Sekunder (JTR)
           
3.2 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi dikategorikan  kedalam beberapa jenis, sebagai berikut ;
a.  Tegangan pengenalnya :
1. JTM 20 KV
2. JTR 380/220 Volt
b.   Konfigurasi jaringan primer
  1. Jaringan distribusi pola radial
  2. Jaringan distribusi pola loop
            3. Jaringan distribusi pola loop radial
             4. Jaringan distribusi pola grid
            5. Jaringan distribusi pola spindel
c. Konfigurasi penghantar jaringan primer
  1. Konfigurasi penghantar segitiga
             2. Konfigurasi penghantar vertikal
             3. Konfigurasi penghantar horisontal



 d.  Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di Indonesia
Pentanahan titik netral adalah hubungan titik netral dengan tanah, baik langsung maupun melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan Petersen. Di Indonesia sistem pentanahan meliputi empat macam, yaitu ;
  1. Sistem distribusi tanpa pentanahan
  2. Sistem distribusi pentanahan tak langsung (dengan tahanan)
  3. Sistem distribusi pentanahan langsung (solid)
  4. Sistem distribusi pentanahan dengan kumparan Petersen

3.3 Gambaran JTM Jaringan Tegangan Menengah 20kv
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini.
1)      Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
 pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2)      merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

3.3.1 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.

Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar diatas:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a.       SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b.      SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c.       Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding,dan lain-lain.
d.      SUTR dan SKTR, terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.
3.4 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1)      Menurut nilai tegangannya:
a)      Saluran distribusi Primer, Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (Gardu Induk) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b)      Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)





2)      Menurut bentuk tegangannya:
a)      Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah.
b)      Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik.
3)      Menurut jenis/tipe konduktornya:
a)      Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas:
·         Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
·         Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b)      Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).
c)      Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable)
4)      Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a)      Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada sistem DC) membentuk garis horisontal.
b)      Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut membentuk garis vertikal .
c)      Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta).

5)      Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a)      Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:
§  Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.
§  Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop.
§  Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
§  Jaringan distribusi spindle
§  Saluran Radial Interkoneksi
b)      Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb:
ü  Papan pembagi pada trafo distribusi,
ü  Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
ü  Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
ü 
Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.
gambar 2. Komponen Sistem Distribusi

3.5 Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
Ada bermacam-macam sistem tegangan distribusi sekunder menurut standar; (1) EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical Manufactures Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal, sehingga peralatan/beban dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara pengawatan, ini bergantung pula pada jumlah fasanya, yaitu:
1.      Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2.      Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3.       Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4.       Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5.       Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6.       Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7.       Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8.      Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9.      Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt. Sedang pemakai listrik yang tidak menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu sistem diatas sesuai dengan standar yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada negara pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja (motor-motor listrik) di suplai dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor 38 tahun 1967 halaman 7 seri 1 tabel1).


3.5.1 Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
1.      Sistem distribusi satu fasa dengan dua kawat, Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya digunakan untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
2.      Sistem distribusi satu fasa dengan tiga kawat, Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem distribusi DC dengan tiga kawat, yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan. Sebagai saluran “netral” disini dihubungkan pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo, dan diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan dan pedesaan.
3.      Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt, Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana terdapat dengan beban 3 fasa.
4.      Sistem distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5.      Sistem distribusi tiga fasa dengan tiga kawat, Tipe ini banyak dikembangkan secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian delta (segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban industri atau perdagangan.
6.      Sistem distribusi tiga fasa dengan empat kawat, Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung star,dimana saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan.




3.6  Operasi Sistem Distribusi
Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan penyalurannya / pelayanannya.
Sebagai tolok ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu :
1.      Mutu listrik
Ada 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu tegangan dan frekuensi. Batas toleransi tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan pada konsumen TR adalah maksimum 5 % dan minimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah ±1 % dari frekuensi standar 50 Hz.
2.      Keandalan penyaluran tenaga listrik
Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Duration Index ( SAIDI ) dan angka seringnya pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Frequency Index ( SAIFI ). Rumus perhitungannya yaitu :
3.      Keamanan dan keselamatan
Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personel dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta pada lingkungan.
4.      Biaya pengoperasian
Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara lain yaitu pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah serta konfigurasi jaringan yang kurang tepat.
5.      Kepuasan pelanggan
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.
3.7 Peralatan Saluran Distribusi Tegangan Menengah
Ditinjau dari jenis konstruksinya, sistem distribusi listrik dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sistem distribusi dengan saluran udara dan sistem distribusi dengan saluran bawah tanah. Namun pada laporan kali ini hanya akan membahas tentang sistem distribusi dengan saluran udara. Konstruksi dan struktur jaringan sistem distribusi yang akan digunakan dalam sistem distribusi merupakan kompromi antara kepentingan teknis disatu pihak dan alasan ekonomi dilain pihak. Secara teknis, konstruksi dan struktur dari jaringan yang akan digunakan harus memenuhi syarat keandalan minimum jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari beberapa komponen peralatan utama, yaitu :
3.7.1 Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton. Tiang listrik harus kuat karena selain digunakan untuk menopang hantaran listrik juga digunakan untuk meletakan peralatan-peralatan pendukung jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah. Penggunaan tiang listrik disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
a.      Kekuatan mekanik yang tinggi
b.      Perawatan yang mudah
c.       Mudah dalam pemasangan konduktor saluran dan perlengkapannya
3.7.2        Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau penghantar dengan tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
a.      Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah dan kawat fasa lainnya.
b.      Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor / kawat penghantar serta menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas. Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm².
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator. Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan memperbaiki tipe atau konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain :
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )
b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
c. Isolator batang panjang ( long rod type insulator )
d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )











Isolator Gantung (Suspension Type Insulator)         Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type)


3.7.3        Penghantar
Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari suatu bagian keinstalasi atau bagian yang lain. Penghantar ini harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a.      Memiliki daya hantar yang tinggi
b.      Memilki kekuatan tarik yang tinggi
c.       Memiliki berat jenis yang rendah
d.      Memiliki fleksibilitas yang tinggi
e.       Tidak cepat rapuhMemiliki harga yang murah Jenis-jenis bahan penghantar, antara lain :
f.       Kawat logam biasa, contohnya AAC ( All Alumunium Conductor ).
g.      Kawat logam campuran, contohnya AAAC ( All Alumunium Alloy Conductor ).


Gambar Kawat Pengahntar AAAC







3.7.4       
Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Dengan alat yang bernama trafo maka pilihan tegangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tegangan pada pelanggan.


Gambar. Trafo Distribusi Satu Fasa                            Gambar. Trafo Distribusi Tiga Fasa











3.7.5        Fuse Cut Out (FCO)


Gambar. Fuse Cut Out Gambar 3.11. Fuse Link
Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponenya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. FCO ini terdiri dari :
1.      Rumah Fuse (Fuse Support)
2.      Pemegang Fuse (Fuse Holder)
3.      Fuse Link
Berdasarkan sifat pemutusanya Fuse Link terdiri dari 2 tipe yaitu :
1.      Tipe K (pemutus cepat)
2.      Tipe T (pemutus lambat)
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor).









3.7.6        Auto Voltage Regulator (AVR)


Gambar . Auto Voltage Regulator
Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsi untuk mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. Rangkaian dari regulator ini terdiri dari auto transformer penaik tegangan.
3.7.7        Meter Expor-Impor

Gambar. Meter Expor-Impor
Meter Kirim – Terima disini berfungsi untuk mengetahui berapa kWH yang dikirim dan diterima antar UPJ. Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk mentransformasikan tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah untuk proses pengukuran.
4            Peralatan Hubung
Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser, dan lain sebagainya.

4.8  Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi
Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri.
Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan :
1.      Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun dilapangan.
2.      Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
3.      Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan.
4.       Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang bersangkutan.
5.      Mengawasi jaringan secara kontinyu.
6.      Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
7.      Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk diperbaiki.
Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan.
Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia..
4.9   Manuver Jaringan Distribusi
Manuver / manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain :
a.       Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
b.      Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya.
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
Peralatan tersebut antara lain yaitu :
4.9.1        Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB) adalah :
a.       Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama.
b.      Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih.
c.       Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat.
d.      Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka.
e.       Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu.
f.       Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan (Charging Current)
g.      Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
Ø  PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker)
Ø  PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker)
Ø  PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
Di wilayah kerja PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa sendiri terdapat 4 feeder beserta PMT Feeder yang aktif. Adapun masing-masing Feeder tersebut beserta PMT feeder yang aktif meliputi :
ü  PKN 3
ü  PKN 5
ü  PKN 8
ü  PKN 12
4.9.2        Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS

itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
            Gambar. Disconecting Switch (DS)

4.9.3        Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.




                                                                                       Gambar Air Break Switch Gambar 3.16. Handle ABSW
       
Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk :
a.       Penambahan beban pada lokasi jaringan
b.      Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c.       Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan.
ABSW terdiri dari :
1. Stang ABSW                      4. Pisau Kontak
2. Cross Arm Besi                   5. Kawat Pentanahan
3. Isolator Tumpu                    6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel
4.9.4        Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.




                                                                 Gambar 3.17. Load Break Switch ( LBS )





4.9.5        Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
a.       Recloser 1 fasa
b.      Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
a.       Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa timur
b.      Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah


                        Gambar. Recloser












BAB IV
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
4.1.  Analisis Masalah
Dalam melaksanakan program  kerja praktek ini penulis menitikberatkan pada permasalahan bidang distribusi jaringan Tegangan Menegah untuk Penyulang Balung bagian pemeliharaan jaringan, dalam hal ini penulis banyak mengetahui secara detil tentang jaringan tegangan menengah kususnya untuk penyulang balung,mulia dari pembangian tegangan GI Jember  20kv sampai pada perawatan Jaringan penyulang balung, yang secara system harus benar-benar terkontrol dan terawatt oleh pihak PT.PLN(persero) Rayon Jember kota,untuk meningkatkan kepuasan pelanggan demi mencapai falsafah, visi, misi, filosofi dan motto pln.

4.1.1 Perhitungan Daya Travo Penyulang Balung
Dari hasil penelitian yang penulis peroleh terdapat beberapa cara perhitungan data Travo untuk penyulang balung.
            Jumlah Travo (tranvormator) untuk penyulang balung PT.PLN(Persero) Rayon Jember kota:
No
NO GTT
Lokasi
Penyulang
Sect Ke
Daya   (KVA)
Kondisi   (N/R)
1
110
DS. AJUNG KRESEK
BALUNG
BLG 2
160
N
2
307
BTN " DUTA GRIYA PERMAI " AJUNG
BALUNG
BLG 2
160
R
3
348
DN. DARUNGAN - JUBUNG (ex 173 Rbp)
BALUNG
BLG 2
100
N
4
355
DS. AJUNG KRAJAN ( ex 49 Ambulu )
BALUNG
BLG 2
160
N
5
356
DS. AJUNG KLANCENG ( ex 50 Ambulu )
BALUNG
BLG 2
150
N
6
357
DS. AJUNG Dsn. GMK KERANG ( ex 142 Abl )
BALUNG
BLG 2
100
N
7
383
JL. MOCH. YAMIN ( PBR TEGEL )
BALUNG
BLG 2
25
N
8
399
JL. BRAWIJAYA
BALUNG
BLG 2
160
R
9
406
PERUM GRAHA CITRA
BALUNG
BLG 2
100
R
10
410
PERUM. TAMAN ANGGREK
BALUNG
BLG 2
50
N
11
458
PERUM. BUMI TEGAL BESAR
BALUNG
BLG 2
160
N
12
482
PERUM. BUMI TEGAL BESAR - Jl. M. Yamin
BALUNG
BLG 2
100
N





Metoda perhitungan Pengaman Travo
dengan mengunakan Rumus P=V.I
P = Daya Travi (KVA)
V= Tahanan Primer dan Skunder Travo (KV)
I = Ampere yang di hasilkan
4.1.2        Metoda perhitungan Kawat JTM dan JTR pada Penyulang Balung
a.       Sisi Primer ( 20 Kv)
R-S =
R-T =
S-T =
b.      Sisi Sekunder (220/380 V)
R-N =                         R-S=
S-N =                         R-T=
T-N =                         S-T=
4.1.3 Metoda perhitungan Ampere dari KWH (Kolo Watt Hour)
Dalam penghitungan Kwh rumah tangga yaitu dengan menjumlahkan pemakayan daya watt dan di kalikan dengan waktu masa penggunaan daya tersebut, setelah diketahui keseluruhan daya watt yang di pakai setelah itu di bagi dengan daya maksimum dari PLN maka akan diketahuan pemakayan KWH dalam kurun waktu tersebut,setelah pemakayan KWH di ketahuin setelah itu di kalikan dengan harga PerKWH Rp 700/ KWH yang sudah di tetapkan oleh PT.PLN (persero).
Contoh: perhitungan KWH rumah tangga dalam satu hari:
-lampu 20 W, Jumlah lampu 5 buah = 100 W x 12 jam = 1200 W
-TV 100                                               = 100 W  x 5 jam = 500 W
- Kulkas                                               = 100 W x 24 jam = 2400 W
                                                                     Jumlah Watt = 3100 W = 3.1 KWH/ hari
                                    3.1 x 700 = RP 2170/ hari pemakayan daya listrik rumah tangga.




4.1.4 Penyebab Terjadinya Gangguan Pada JTR Penyulang balung
Dalam operasi sistem tenaga listrik terjadinya gangguan tidak dapat  dihindarkan terutama pada jaringan Jaringan Teganggan Menengah (JTM). Adapun gangguan tersebut dikarenakan adanya kejadian secara acak dalam sistem yang dapat berupa berkurangnya kemampuan peralatan, meningkatnya beban dan lepasnya peralatan-peralatan yang tersambung ke sistem JTM. Diantaranya gangguan yang sering terjadi pada jaringan JTM adalah gangguan hubung singkat fasa-fasa atau satu fasa tanah. Adapun berbagai gangguan yang terjadi pada jaringan JTM diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya ;
Ø  Sambaran petir yang mengenai jaringan
Ø  Menempelnya arku layang-layang pada kabel jaringan
Ø  Pohon atau ranting yang menempel pada kabel jaringan.
Ø  Hilang atau putusnya kawat netral

4.1.5 Dampak yang terjadi akibat gangguan pada Pada JTR Penyulang balung
Dengan adanya sambaran petir yang mengenai jaringan, ranting pohon yang menempel pada kabel jaringan dan benang layang-layang yang menempel atau melilit kabel jaringan maka akan berdampak terjadinya arus lebih (over current) yang disebabkan hubung singkat  fasa-fasa. Terjadinya over current akan membuat sistem relay proteksi atau pengaman jaringan bekerja. Apabila sering terjadi arus berlebih atau hubung singkat maka semakin sering pula relay proteksi bekerja dengan demikian akan sesering itu pula trafo daya menerima hubung singkat, dimana akan memperpendek umur trafo daya tersebut. Selain itu dampak yang paling berbahaya adalah terputusnya kawat netral. Dimana dampak tersebut adalah ;
Ø  Dampak terhadap kerja GFR (Ground Fault Relay) 
Dengan banyaknya kawat netral yang terputus menyebabkan arus gangguan ke tanah menjadi lebih kecil dari arus setting peralatan proteksi yang terpasang. Dengan demikian impedansi urutan nol saluran akan menjadi lebih besar daripada jaringan saat kondisi normal. Hal ini akan sangat membahayakan manusia dan juga bisa menyebabkan kerusakan pada peralatan yang tersambung ke sistem akibat tidak bekerjanya relay proteksi.
Ø  Dampak terhadap peralatan pelanggan dari pengaruh sambaran petir Sambaran petir terhadap jaringan JTM bisa menimbulkan arus gangguan yang sangat besar. Dan dengan putus atau hilangnya kawat netral apabila jaringan tersambar petir maka akan menyebabkan tegangan sentuh menjadi besar dan tegangan ini berpotensi merusak peralatan pelanggan.
4.1.6 Upaya Penanggulangan Gangguan Pada JTR Penyulang balung
Permasalahan gangguan hubung singkat pada jaringan JTM dapat diselesaikan dengan beberapa alternatif pemecahan, diantaranya adalah :
1.      Pemeliharaan kabel JTM secara berkala dengan memangkas ranting pohon atau batang pohon yang hampir atau sudah mengenai kabel JTM dan membersihkan kabel JTM dari benang-benang atau rangka layang-layang yang menempel atau melilit pada kabel.
2.      Mengefektifkan kerja sama antara PLN , POLISI dan masyarakat dalam hal pengawasan maupun penindakan terhadap perbuatan tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab seperti pencurian listrik ataupun pencurian alat-alat yang terpasang pada jaringan.
3.      Dengan lebih memaksimalkan kerja suatu alat proteksi dalam mengatasi gangguan hubung singkat, seperti relay arus lebih (Over Current Relay/OCR), relay arus lebih gangguan tanah ( Ground Fault Relay/GFR), Recloser, sectionaliser dan pelebur (fuse cut out).
4.2. Alternatif Pemecahan Masalah
Dari alternatif pemecahan masalah yang telah diutarakan diatas, penulis memilih alternatif pemecahan poin kesatu dan kedua, yaitu pemeliharaan kabel JTM secara berkala dengan memangkas ranting pohon atau batang pohon yang hampir atau sudah mengenai kabel JTM dan membersihkan kabel JTM dari benang-benang atau rangka layang-layang yang menempel atau melilit pada kabel. Dan lebih mengefektifkan kerja sama antara PLN, POLISI dan masyarakat dalam mengawasi dan menindak terhadap perbuatan tangan-tangan  yang tidak bertanggung jawab seperti pencurian listrik ataupun pencurian peralatan yang terpasang pada sistem jaringan. Saya memilih dua poin ini karena apabila kabel JTM sudah terpelihara dan tidak ada  pencurian terhadap peralatan sistem jaringan maka sistem distribusi pun akan lancar dan gangguan hubung singkat pun tidak akan terlalu sering terjadi sehingga akan memperpanjang umur peralatan yang terpasang pada sistem.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pengamatan ketika melakukan Kerja Praktek yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya yaitu sebagai berikut :
1.      perlu adanya pemeliharaan
·         pemeliharaan rutin (preventif)
pemeliharaan rutin (preventif) kegiatan bersifat pencegahan dan bertujuan untuk mendapatkan jaminan penyaluran dan dapat dipertahankanya efisiensi, mutu dan keandalan tenaga listrik, serta aman pada jar – dist maupun personilnya dan dilaksanakan degan jadual yang telah ditentukan.
·         pemeliharaan khusus (korektif).
Pemeliharaan yang sidah teridentipikasi kerusakannnya yang kan menyebabkan gangguan pada jaringan tersebut,
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1.      Baiknya pemasangan panel dan jaringan setiap pekerja diwajibkan memakai perlengkapan lengkap untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.












DAFTAR PUSTAKA

1. Arsip dan Dokumentasi PT.PLN (persero) Rayon Jember Kota
2. Arsip dan Dokumentasi Universitas Muhammadiyah Jember Jurusan Teknik Elektro.
3. Mediat Internet yang terdiri dari beberapa Makalah tentang Jaringan JTM  distribusi jawa timur.


3 komentar: