BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Kerja Praktek
Sarana kelistrikan di era globalisasi seperti sekarang
ini sangat dibutuhkan. Perkembangan teknologi tak akan berjalan tanpa adanya
listrik.
Kerja Praktek merupakan salah satu program kegiatan
akademik yang diberikan oleh pihak kampus kepada mahasiswanya untuk dapat
mengaplikasikan teori yang didapat dari masing-masing universitas pada saat
kegiatan perkuliahan kedalam dunia nyata.
Dari kerja praktek yang dilakukan, mahasiswa dapat
mengetahui secara langsung situasi di lapangan. Tidak hanya mendapatkan
keterampilan kerja dan pengetahuan tentang dunia kerja, tetapi juga dapat
mengaplikasikan sedikitnya ilmu yang didapat selama kegiatan akademik di kampus
kedalam dunia nyata. Dengan adanya proses Kerja Praktek ini, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan materi-materi kuliah yang telah diajarkan di
kampus, ataupun dapat menyerap berbagai ilmu dan pengalaman dunia kerja yang
sesungguhnya serta dapat mengembangkannya sesuai dengan kondisi pekerjaan yang
mereka tempati. Dan dengan pengembangan terhadap materi yang ada, mahasiswa di
harapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan itu sendiri, dengan
berdasar teori yang didapat, dan bukti yang jelas.
Hikmah yang dapat diperoleh dari
pelaksanaan program Kerja Praktek ini yaitu dapat mempersiapkan para mahasiswa
dengan bentuk nilai dan karakter yang sesuai dengan tuntutan sebagai sumber
daya manusia yang handal. Setelah berhasil dalam menjalankan program Kerja
Praktek diperusahaan dengan menguasai bidang-bidang kerja yang telah di
dapatkan, sudah selayaknya wawasan, keterampilan serta pengetahuan itu
dituangkan ke dalam bentuk laporan sehingga semua pihak dari berbagai kalangan
yang berkepentingan dapat memperoleh manfaat dari PKL yg di jalankan semala 30
hari tersebut.
1.2
Identifikasi Masalah
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini, saya memilih bidang garapan pada
Jaringan JTM Pada Penyulang Balung PT.PLN (persero) Rayon Jember kota. Dalam
bidang garapan ini, saya menemukan masalah dan harus segera dirumuskan penyelesaianya,
yaitu:
·
Bagaimana mengatasi
ganguan pada jaringan JTM pada penyulang balung?
·
Apa penyebab
terjadinya gangguan JTM pada penyulang balung ?
·
Bagaimana cara pembagian
daya pada setiap travo pada penyulang balung ?
1.3 Maksud dan
Tujuan Kerja Praktek
1.3.1 Maksud
Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan untuk menggali
ilmu pengetahuan di bidang teknologi listrik pada umumnya, serta mendapat
pengetahuan yang lebih mendalam tentang menyuplai aliran listrik. Oleh karena
itu saya memilih PT.PLN (persero) sebagai
tempat pelaksanaan kerja praktek dan ditempatkan dibagian Sistem Tehnis ganguan
khususnya mengenai masalah jaringan JTM,SR, dan Travo. Pada pelaksanaan Kerja
Praktek di PLN tersebut, saya mendapat banyak pengetahuan tentang sistem
jaringan dan dapat melakukan tanya jawab langsung dengan teknisi yang berada di
sana.
1.3.2
Tujuan Kerja Praktek
·
Agar perguruan
tinggi menghasilkan sarjana pembangunan dalam bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan yang lebih menghayati permasalahan kompleks yang dihadapi oleh
bangsa dalam pembangunan.
·
Supaya perguruan
tinggi lebih menyesuaikan pendidikan pada tuntutan perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan.
1.4
Manfaat Kerja Praktek
a)
Memperdalam
pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja secara interdisipliner,
sehingga dapat menghayati adanya ketergantungan kaitan dengan kerjasama antar
sektor.
b)
Memperdalam
pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang kemanfaatan ilmu dan teknologi
yang dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan.
c)
Memperdalam
penghayatan dan pengalaman mahasiswa terhadap kesulitan yang di hadapi oleh
suatu instansi atau perusahaan dalam melaksanakan pembangunan.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah
Singkat PT.PLN (persero)
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir
abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga
listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang
menjadi untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu
NV. NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga
listrik. Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan listrik
tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal 17 Agustus
1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemuda-pemuda
Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik
Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan
Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5
MW saja.
Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah
menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak
di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan
dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang
mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas,
dimana saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300 MW.
Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status
Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun
1990 melalui Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa
usaha ketenagalistrikan. Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada
sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan
dengan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan dari
Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
2.2 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Rayon Jember kota
STRUKTUR ORGANISASI
STRUKTUR ORGANISASI PT. PLN
(PERSERO)
RAYON
JEMBER KOTA
TAHUN
2012
2.3 Produk Layanan PT. PLN (Persero)
Pada intinya, produk
yang dijual oleh PT. PLN ( Persero ) Distribusi Jawa timur adalah energi
listrik yang biasa dipergunakan untuk menjalankan mesin dan penerangan.
Berdasarkan tujuan pemakaian listrik, maka energi listrik yang dijual kepada
pelanggan dibagi kedalam beberapa golongan tarif. Golongan tarif S (
kepentingan sosial ), tarif R ( rumah tangga kecil dan besar ), tarif B (
bisnis ), tarif I ( industri ) dan tarif P ( pemerintah dan penerangan jalan
umum ).
Berdasarkan
Keputusan Presiden No.83 tahun 2001, ditambahkan golongan tarif baru, yaitu
tarif T ( Traksi / kereta listrik ) dan tarif C ( curah ). Untuk keperluan
khusus, PT. PLN ( Persero ) Distribusi Jawa timur menyediakan golongan tarif M
( multiguna ) yang diperuntukan bagi pengguna tenaga listrik dengan persyaratan
khusus atau spesifik secara materi memberi nilai tambah lebih bagi PT. PLN (
Persero ) Distribusi Jawa timur maupun bagi pelanggan. Transaksi multi guna
sangat menguntungkan karena dibuat berdasarkan kesepakatan semua pihak melalui
proses negoisasi yang transparan dan saling menguntungkan serta dituangkan
dalam perjanjian tersendiri.
2.4 PT. PLN (Persero) UPJ Rayon Jember kota
PT.PLN (persero) Unit Pelayanan Jaringan UPJ rayon jember kota
beralamatkan di Jl.Bp Sudirman No. 24 Jember, untuk menunjang pasokan listrik
pada pelanggan maka PT.PLN (Persero) Rayaon jember kota di suplai oleh gardu
induk GI Jember, menyuplai penyulang:
1. Travo I /
MO MVA
·
Penyulang Arjasah
·
Penyulang Rambi Puji
·
Penyulang Tanjung
·
Penyulang Seruji
2. Travo II / 20
MVA
·
Penyulang Tegal Boto
·
Penyulang Karimata
3. Travo III /
60 MVA
·
Penyulang Ambulu
·
Penyulang sukorambi
·
Penyulang Blater
·
Penyulang Glantangan
·
Penyulang Paku Sari
·
Penyulang Gajah Mada
·
Penyulang Kalisat
4. Travo IV /
60 MVA
·
Penyulang Watu Ulo
·
Penyulang Mayang
·
Penyulang Balung
·
Penyulang Semen Puger
PT. PLN (Persero) UPJ Rayon Jember Kota memiliki
;
Ø Luas
daerah :
Ø Jumlah
Kecamatan :
Ø Jumlah
Desa :
Ø Jumlah
Kepala Keluarga :
Ø Panjang
Jaringan : 906.641 km , terdiri dari ;
a. SKTM 3.843
b. SUTM 330.906
c. SUTR 571.892
Ø Jumlah
Pelanggan : 95542 , terdiri dari ;
a. Pelanggan Industri :
90 industri
b. Pelanggan Umum : 95452
pelanggan umum
Ø KWH
tersambung : 20009410 KVA
2.5 Falsafah, Visi, Misi, Filosofi dan
Motto PLN
a. Falsafah Pembawa kecerahan dan kegairahan
dalam kehidupan masyarakat yang produktif.
b. Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia
yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi
insani.
c. Misi
ü Menjalankan bisnis kelistrikan dan
bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota
perusahaan dan pemegang saham.
ü Menjadikan tenaga listrik sebagai
media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
ü Mengupayakan agar tenaga listrik
menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
ü Menjalankan kegiatan usaha yang
berwawasan lingkungan.
d. Filosofi
Demi Visi dan Misi perusahaan, maka
landasan filosofi PT. PLN ( Persero ) Unit Bisnis Jawa Barat adalah :
“Mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap kepentingan pelanggan dengan menjadikan sumber daya manusia sebagai
sumber daya perusahaan.”
e. Motto
Listrik Untuk Kehidupan Yang Lebih
Baik.
( Electricity for a better life )
BAB
III
LANDASAN
TEORI
3.1 Sistem
Distribusi Tenaga Listrik
Sistem tenaga
listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem
transmisi dan sistem distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi
merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah
menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi
tenaga listrik adalah :
a. Gardu Induk Distribusi
b. Jaringan Primer (JTM)
c. Transformator Distribusi
d. Jaringan Sekunder (JTR)
3.2 Klasifikasi
Sistem Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi
dikategorikan kedalam beberapa jenis,
sebagai berikut ;
a. Tegangan
pengenalnya :
1. JTM 20 KV
2. JTR 380/220 Volt
b.
Konfigurasi jaringan primer
1. Jaringan distribusi pola radial
2. Jaringan distribusi pola loop
3. Jaringan distribusi pola loop
radial
4. Jaringan distribusi pola grid
5. Jaringan distribusi pola spindel
c. Konfigurasi penghantar jaringan primer
1. Konfigurasi penghantar segitiga
2. Konfigurasi penghantar vertikal
3. Konfigurasi penghantar horisontal
d. Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di
Indonesia
Pentanahan titik netral
adalah hubungan titik netral dengan tanah, baik langsung maupun melalui tahanan
reaktansi ataupun kumparan Petersen. Di Indonesia sistem pentanahan meliputi
empat macam, yaitu ;
1. Sistem distribusi tanpa pentanahan
2. Sistem distribusi pentanahan tak langsung
(dengan tahanan)
3. Sistem distribusi pentanahan langsung
(solid)
4. Sistem distribusi pentanahan dengan
kumparan Petersen
3.3 Gambaran
JTM Jaringan Tegangan Menengah 20kv
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk
menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source)
sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini.
1)
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik
adalah:
pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2)
merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan,
karena catu daya pada
pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV
dinaikan tegangannya oleh gardu induk
dengan transformator penaik tegangan
menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi. Tujuan menaikkan tegangan
ialah untuk memperkecil kerugian daya
listrik pada saluran transmisi,
dimana dalam hal ini kerugian daya
adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.
Dari
saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga
listrik dilakukan oleh saluran
distribusi primer. Dari saluran
distribusi primer inilah gardu-gardu
distribusi mengambil tegangan
untuk diturunkan tegangannya dengan trafo
distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke
konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara
keseluruhan.
Pada
sistem penyaluran daya jarak
jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo
step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi
antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga
perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini
diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo
step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari
titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang
memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
3.3.1 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Gambar 1. Konfigurasi Sistem Tenaga Listrik.
Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasan-pembatasan seperti pada Gambar diatas:
Daerah
I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan rendah.
Berdasarkan
pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi Sistem
Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa klasifikasi
itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a.
SUTM,
terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan
perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b.
SKTM,
terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination dan lain-lain.
c.
Gardu trafo,
terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV
panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan
grounding,dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR,
terdiri dari: sama dengan perlengkapan/material pada SUTM dan SKTM. Yang
membedakan hanya dimensinya.
3.4 Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Secara
umum, saluran tenaga Listrik
atau saluran distribusi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1)
Menurut nilai
tegangannya:
a) Saluran distribusi Primer,
Terletak pada sisi primer trafo
distribusi, yaitu antara titik Sekunder trafo substation (Gardu
Induk) dengan titik primer trafo
distribusi. Saluran ini bertegangan
menengah 20 kV. Jaringan listrik
70 kV atau 150 kV, jika
langsung melayani pelanggan, bisa disebut jaringan distribusi.
b) Saluran Distribusi Sekunder,
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder
dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2-2)
2)
Menurut bentuk
tegangannya:
a) Saluran Distribusi DC (Direct Current)
menggunakan sistem tegangan searah.
b) Saluran Distribusi AC (Alternating Current)
menggunakan sistem tegangan bolak-balik.
3)
Menurut
jenis/tipe konduktornya:
a) Saluran udara,
dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan
perlengkapannya, dan dibedakan atas:
·
Saluran kawat udara,
bila konduktornya telanjang,
tanpa isolasi pembungkus.
·
Saluran kabel
udara, bila konduktornya
terbungkus isolasi.
b) Saluran Bawah Tanah,
dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).
c) Saluran Bawah Laut,
dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable)
4)
Menurut susunan
(konfigurasi) salurannya:
a) Saluran
Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang
lain/terhadap netral, atau saluran positip terhadap negatip (pada
sistem DC) membentuk garis horisontal.
c) Saluran
konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu
segitiga (delta).
5)
Menurut Susunan
Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a) Jaringan Sistem Distribusi Primer,
Sistem distribusi primer
digunakan untuk menyalurkan tenaga
listrik dari gardu induk
distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel
tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta
situasi lingkungan. Saluran distribusi
ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat
bermacam-macam bentuk rangkaian
jaringan distribusi primer, yaitu:
§ Jaringan Distribusi Radial,
dengan model: Radial tipe pohon, Radial dengan tie dan switch pemisah, Radial
dengan pusat beban dan Radial dengan pembagian phase area.
§ Jaringan distribusi ring (loop),
dengan model: Bentuk open loop dan bentuk Close loop.
§ Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
§ Jaringan distribusi spindle
§ Saluran Radial Interkoneksi
b)
Jaringan Sistem Distribusi Sekunder,
Sistem distribusi sekunder
digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu distribusi ke
beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem
distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat
menggunakan kabel yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya disebut sistem
tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga
listrik dengan melalui peralatan-peralatan sbb:
ü Papan
pembagi pada trafo distribusi,
ü Hantaran
tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
ü Saluran
Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
ü
Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.
gambar 2. Komponen Sistem Distribusi
Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau pengaman pada pelanggan.
gambar 2. Komponen Sistem Distribusi
3.5 Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
Ada
bermacam-macam sistem tegangan
distribusi sekunder menurut standar; (1) EEI : Edison Electric Institut, (2) NEMA (National Electrical
Manufactures Association). Pada dasarnya tidak berbeda dengan sistem distribusi DC, faktor utama
yang perlu diperhatikan adalah besar tegangan
yang diterima pada titik beban mendekati nilai nominal, sehingga
peralatan/beban dapat dioperasikan secara optimal. Ditinjau dari cara
pengawatannya, saluran distribusi AC
dibedakan atas beberapa macam tipe dan cara pengawatan, ini bergantung pula
pada jumlah fasanya, yaitu:
1.
Sistem satu fasa
dua kawat 120 Volt
2.
Sistem satu fasa
tiga kawat 120/240 Volt
3.
Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4.
Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5.
Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6.
Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7.
Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8.
Sistem tiga fasa
empat kawat 265/460 Volt
9.
Sistem tiga fasa
empat kawat 220/380 Volt
Di Indonesia dalam hal ini PT. PLN menggunakan sistem tegangan 220/380 Volt. Sedang
pemakai listrik yang tidak
menggunakan tenaga listrik dari PT. PLN, menggunakan salah satu sistem
diatas sesuai dengan standar yang ada. Pemakai listrik yang dimaksud umumnya mereka bergantung kepada negara
pemberi pinjaman atau dalam rangka kerja sama, dimana semua peralatan listrik mulai dari pembangkit (generator set) hingga peralatan kerja
(motor-motor listrik) di suplai
dari negara pemberi pinjaman/kerja sama tersebut. Sebagai anggota, IEC (International Electrotechnical Comission), Indonesia telah mulai menyesuaikan sistem tegangan menjadi 220/380 Volt saja, karena IEC sejak tahun 1967 sudah tidak
mencantumkan lagi tegangan 127 Volt. (IEC Standard Voltage pada Publikasi nomor
38 tahun 1967 halaman 7 seri 1 tabel1).
3.5.1 Diagram rangkaian sisi sekunder trafo distribusi terdiri dari:
1.
Sistem
distribusi satu fasa dengan dua kawat,
Tipe ini merupakan bentuk dasar yang paling sederhana, biasanya digunakan untuk
melayani penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah
perumahan dan pedesaan.
2.
Sistem
distribusi satu fasa dengan tiga kawat,
Pada tipe ini, prinsipnya sama dengan sistem distribusi DC dengan tiga kawat,
yang dalam hal ini terdapat dua alternatif besar tegangan. Sebagai saluran “netral”
disini dihubungkan pada tengah belitan (center-tap) sisi sekunder trafo, dan
diketanahkan, untuk tujuan pengamanan personil. Tipe ini untuk melayani
penyalur daya berkapasitas kecil dengan jarak pendek, yaitu daerah perumahan
dan pedesaan.
3.
Sistem distribusi
tiga fasa empat kawat tegangan 120/240 Volt,
Tipe ini untuk melayani penyalur daya berkapasitas sedang dengan jarak pendek,
yaitu daerah perumahan pedesaan dan perdagangan ringan, dimana terdapat dengan
beban 3 fasa.
4.
Sistem
distribusi tiga fasa empat kawat tegangan 120/208 Volt.
5.
Sistem
distribusi tiga fasa dengan tiga kawat,
Tipe ini banyak dikembangkan secara ekstensif. Dalam hal ini rangkaian tiga
fasa sisi sekunder trafo dapat diperoleh dalam bentuk rangkaian delta
(segitiga) ataupun rangkaian wye (star/bintang). Diperoleh dua alternatif besar
tegangan, yang dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan adanya pembagian
seimbang antara ketiga fasanya. Untuk rangkaian delta tegangannya bervariasi
yaitu 240 Volt, dan 480 Volt. Tipe ini dipakai untuk melayani beban-beban
industri atau perdagangan.
6.
Sistem
distribusi tiga fasa dengan empat kawat,
Pada tipe ini, sisi sekunder (output) trafo distribusi terhubung star,dimana
saluran netral diambil dari titik bintangnya. Seperti halnya padasistem tiga
fasa yang lain, di sini perlu diperhatikan keseimbangan beban antara ketiga
fasanya, dan disini terdapat dua alternatif besar tegangan.
3.6 Operasi Sistem
Distribusi
Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan yang
mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari
pusat pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan
penyalurannya / pelayanannya.
Sebagai tolok ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu :
Sebagai tolok ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu :
1.
Mutu listrik
Ada 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu tegangan dan frekuensi. Batas toleransi tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan pada konsumen TR adalah maksimum 5 % dan minimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah ±1 % dari frekuensi standar 50 Hz.
Ada 2 hal yang menjadi ukuran mutu listrik yaitu tegangan dan frekuensi. Batas toleransi tegangan pelayanan yaitu pada konsumen TM adalah ±5 %, dan pada konsumen TR adalah maksimum 5 % dan minimum 10 %. Sedangkan untuk batas toleransi frekuensi adalah ±1 % dari frekuensi standar 50 Hz.
2.
Keandalan penyaluran tenaga listrik
Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Duration Index ( SAIDI ) dan angka seringnya pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Frequency Index ( SAIFI ). Rumus perhitungannya yaitu :
Sebagai indikator keandalan penyaluran adalah angka lama pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Duration Index ( SAIDI ) dan angka seringnya pemadaman / gangguan atau yang disebut Sistem Average Interruption Frequency Index ( SAIFI ). Rumus perhitungannya yaitu :
3.
Keamanan dan keselamatan
Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personel dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta pada lingkungan.
Sebagai indikator dari keamanan dan keselamatan adalah jumlah angka kecelakaan akibat listrik pada personel dan kerusakan pada instalasi / peralatan serta pada lingkungan.
4.
Biaya pengoperasian
Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara lain yaitu pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah serta konfigurasi jaringan yang kurang tepat.
Sebagai indikatornya adalah angka susut jaringan, yaitu selisih antara energi yang dikeluarkan oleh pembangkit dengan energi yang digunakan oleh pelanggan. Penyebab susut jaringan antara lain yaitu pencurian listrik, kesalahan alat ukur, jaringan yang terlalu panjang, faktor daya rendah serta konfigurasi jaringan yang kurang tepat.
5.
Kepuasan pelanggan
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.
Sebagai indikator akan kepuasan pelanggan adalah apabila kebutuhan akan listrik oleh konsumen baik kualitas, kuantitas serta kontinuitas pelayanan terpenuhi.
3.7 Peralatan Saluran Distribusi
Tegangan Menengah
Ditinjau dari jenis konstruksinya, sistem
distribusi listrik dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sistem distribusi
dengan saluran udara dan sistem distribusi dengan saluran bawah tanah. Namun
pada laporan kali ini hanya akan membahas tentang sistem distribusi dengan
saluran udara. Konstruksi dan struktur jaringan sistem distribusi yang akan
digunakan dalam sistem distribusi merupakan kompromi antara kepentingan teknis
disatu pihak dan alasan ekonomi dilain pihak. Secara teknis, konstruksi dan
struktur dari jaringan yang akan digunakan harus memenuhi syarat keandalan
minimum jaringan.
Konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari
beberapa komponen peralatan utama, yaitu :
3.7.1 Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi
jaringan distribusi dengan saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang
biasa digunakan adalah tiang beton. Tiang listrik harus kuat karena selain
digunakan untuk menopang hantaran listrik juga digunakan untuk meletakan
peralatan-peralatan pendukung jaringan distribusi tenaga listrik tegangan
menengah. Penggunaan tiang listrik disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
a.
Kekuatan mekanik yang tinggi
b.
Perawatan yang mudah
c.
Mudah dalam pemasangan konduktor saluran
dan perlengkapannya
3.7.2
Isolator
Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi
konduktor atau penghantar dengan tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator
dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
a.
Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat
/ mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah dan kawat fasa lainnya.
b. Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat
penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor / kawat penghantar serta
menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas. Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm².
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator. Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan memperbaiki tipe atau konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya
Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas. Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm².
Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator. Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan memperbaiki tipe atau konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya
Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara
ain :
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )
b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
c. Isolator batang panjang ( long rod type insulator )
d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )
a. Isolator gantung ( suspension type insulator )
b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator )
c. Isolator batang panjang ( long rod type insulator )
d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )
Isolator Gantung (Suspension Type Insulator) Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post
Type)
3.7.3
Penghantar
Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan
arus listrik dari suatu bagian keinstalasi atau bagian yang lain. Penghantar
ini harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a.
Memiliki daya hantar yang tinggi
b.
Memilki kekuatan tarik yang tinggi
c.
Memiliki berat jenis yang rendah
d.
Memiliki fleksibilitas yang tinggi
e.
Tidak cepat rapuhMemiliki harga yang murah Jenis-jenis
bahan penghantar, antara lain :
f.
Kawat logam biasa, contohnya AAC ( All
Alumunium Conductor ).
Gambar Kawat Pengahntar AAAC
3.7.4
Transformator
Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk
mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi-elektromagnet. Dengan alat yang bernama trafo maka pilihan tegangan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan tegangan pada pelanggan.
Gambar. Trafo Distribusi Satu Fasa Gambar. Trafo Distribusi Tiga Fasa
Gambar. Trafo Distribusi Satu Fasa Gambar. Trafo Distribusi Tiga Fasa
Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian
dari komponenya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya.
FCO ini terdiri dari :
1.
Rumah Fuse (Fuse Support)
2.
Pemegang Fuse (Fuse Holder)
3.
Fuse Link
Berdasarkan sifat pemutusanya Fuse Link terdiri dari 2 tipe yaitu :
1.
Tipe K (pemutus cepat)
2.
Tipe T (pemutus lambat)
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor).
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor).
Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto
transformer yang berfungsi untuk mengatur/menaikan tegangan secara otomatis.
Rangkaian dari regulator ini terdiri dari auto transformer penaik tegangan.
Meter Kirim – Terima disini berfungsi untuk
mengetahui berapa kWH yang dikirim dan diterima antar UPJ. Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk
mentransformasikan tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih
rendah untuk proses pengukuran.
4
Peralatan Hubung
Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser, dan lain sebagainya.
Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser, dan lain sebagainya.
4.8
Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi
Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan
jaringan tegangan menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga
listrik, mempercepat penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain
pihak menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya
sendiri.
Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut
dilaksanakan dengan :
1.
Memanuver atau memanipulasi jaringan,
dengan menggunakan telekontrol maupun dilapangan.
2.
Menerima informasi - informasi mengenai
keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna
menetapkan tindak lanjutan.
3.
Menerima besaran-besaran pengukuran pada
jaringan yang kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan
tindak lanjutan.
4.
Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak -
pihak lain yang bersangkutan.
5.
Mengawasi jaringan secara kontinyu.
6.
Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan.
7.
Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik
gangguannya dapat ditemukan untuk diperbaiki.
Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan
dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan keadaan gangguan. Operasi sistem
distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain berdasarkan pada
konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan.
Dalam operasi sistem distribusi, setiap
alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur tetap yang biasa disebut
Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur yang dibuat
berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim
untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan
untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan
manusia..
4.9
Manuver Jaringan Distribusi
Manuver / manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan
membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya
gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik,
sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi
penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan
dalam manuver jaringan antara lain :
a.
Memisahkan bagian–bagian jaringan yang
semula terhubung dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam
kondisi normalnya.
b.
Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang
semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam
kondisi normalnya.
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
Peralatan tersebut antara lain yaitu :
Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung.
Peralatan tersebut antara lain yaitu :
4.9.1
Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat
pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan
hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai
rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system,
sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan
pekerjaan pemeliharaan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
suatu pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB) adalah :
a.
Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus
beban penuh dalam waktu yang lama.
b.
Dapat membuka otomatis untuk memutuskan
beban atau beban lebih.
c.
Harus dapat memutus dengan cepat bila
terjadi hubung singkat.
d.
Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian,
bila kontak membuka.
e.
Mampu dialiri arus hubung singkat dengan
waktu tertentu.
f.
Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo
atau jaringan serta arus pemuatan (Charging Current)
g.
Mampu menahan efek dari arching kontaknya,
gaya elektromagnetik atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat.
PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel
masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap
rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu
Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming
Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas :
Ø
PMT dengan media minyak (Oil Circuit
Breaker)
Ø
PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit
Breaker)
Ø
PMT dengan media vacum (Vacum Circuit
Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT
dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest
posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan).
Di wilayah kerja PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa sendiri terdapat 4
feeder beserta PMT Feeder yang aktif. Adapun masing-masing Feeder tersebut
beserta PMT feeder yang aktif meliputi :
ü
PKN 3
ü
PKN 5
ü
PKN 8
ü
PKN 12
4.9.2
Disconector (DS) / Saklar Pemisah
Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan
untuk menutup dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat
dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang
khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk
pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat
fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau
pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih
dialiri tegangan listrik.
Pengoperasian DS tidak dapat secara
bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena antara satu DS dengan DS
yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang
dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS
itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
Gambar. Disconecting Switch (DS)
4.9.3
Air Break Switch (ABSw)
Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi
sebagai pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium
kontaknya adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter
berupa hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang
berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas
pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw juga dilengkapi
dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak
gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta
stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. Perawatan rutin
yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan
pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya /
kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat
membuat ABSw terbakar.
Gambar Air Break Switch Gambar 3.16. Handle ABSW
Gambar Air Break Switch Gambar 3.16. Handle ABSW
Pemasangan ABSw pada
jaringan, antara lain digunakan untuk :
a.
Penambahan beban pada lokasi jaringan
b.
Pengurangan beban pada lokasi jaringan
c.
Pemisahan jaringan secara manual pada saat
jaringan mengalami gangguan.
ABSW terdiri dari :
1. Stang ABSW 4.
Pisau Kontak
2. Cross Arm Besi 5. Kawat Pentanahan
3. Isolator Tumpu 6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel
2. Cross Arm Besi 5. Kawat Pentanahan
3. Isolator Tumpu 6. Peredam Busur Api
7. Pita Logam Fleksibel
4.9.4
Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah
peralatan hubung yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan
beban nominal. Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan
mata telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis
pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi
beban.
Gambar 3.17. Load Break Switch ( LBS )
Gambar 3.17. Load Break Switch ( LBS )
4.9.5
Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )
Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat
gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan
penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan
akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang (lock
out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan
sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam
akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay)
Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay)
Menurut fasanya recloser dibedakan atas :
a.
Recloser 1 fasa
b.
Recloser 3 fasa
Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas :
a.
Recloser dengan sensor tegangan (dengan
menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa timur
b.
Recloser dengan sensor arus (dengan
menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah
Gambar. Recloser
Gambar. Recloser
BAB
IV
ANALISIS
DAN PEMECAHAN MASALAH
4.1. Analisis
Masalah
Dalam melaksanakan program kerja praktek ini penulis menitikberatkan
pada permasalahan bidang distribusi jaringan Tegangan Menegah untuk Penyulang
Balung bagian pemeliharaan jaringan, dalam hal ini penulis banyak mengetahui
secara detil tentang jaringan tegangan menengah kususnya untuk penyulang
balung,mulia dari pembangian tegangan GI Jember
20kv sampai pada perawatan Jaringan penyulang balung, yang secara system
harus benar-benar terkontrol dan terawatt oleh pihak PT.PLN(persero) Rayon
Jember kota,untuk meningkatkan kepuasan pelanggan demi mencapai falsafah, visi, misi, filosofi dan motto pln.
4.1.1 Perhitungan Daya Travo
Penyulang Balung
Dari hasil penelitian yang penulis
peroleh terdapat beberapa cara perhitungan data Travo untuk penyulang balung.
Jumlah Travo (tranvormator) untuk
penyulang balung PT.PLN(Persero) Rayon Jember kota:
No
|
NO GTT
|
Lokasi
|
Penyulang
|
Sect Ke
|
Daya (KVA)
|
Kondisi (N/R)
|
|
1
|
110
|
DS. AJUNG KRESEK
|
BALUNG
|
BLG 2
|
160
|
N
|
|
2
|
307
|
|
BALUNG
|
BLG 2
|
160
|
R
|
|
3
|
348
|
DN. DARUNGAN - JUBUNG (ex 173 Rbp)
|
BALUNG
|
BLG 2
|
100
|
N
|
|
4
|
355
|
DS. AJUNG KRAJAN ( ex 49 Ambulu )
|
BALUNG
|
BLG 2
|
160
|
N
|
|
5
|
356
|
DS. AJUNG KLANCENG ( ex 50 Ambulu
)
|
BALUNG
|
BLG 2
|
150
|
N
|
|
6
|
357
|
DS. AJUNG Dsn. GMK KERANG ( ex 142
Abl )
|
BALUNG
|
BLG 2
|
100
|
N
|
|
7
|
383
|
JL. MOCH. YAMIN ( PBR TEGEL )
|
BALUNG
|
BLG 2
|
25
|
N
|
|
8
|
399
|
JL. BRAWIJAYA
|
BALUNG
|
BLG 2
|
160
|
R
|
|
9
|
406
|
PERUM GRAHA CITRA
|
BALUNG
|
BLG 2
|
100
|
R
|
|
10
|
410
|
PERUM. TAMAN ANGGREK
|
BALUNG
|
BLG 2
|
50
|
N
|
|
11
|
458
|
PERUM. BUMI TEGAL BESAR
|
BALUNG
|
BLG 2
|
160
|
N
|
|
12
|
482
|
PERUM. BUMI TEGAL BESAR - Jl. M.
Yamin
|
BALUNG
|
BLG 2
|
100
|
N
|
Metoda perhitungan Pengaman Travo
dengan mengunakan Rumus P=V.I
P = Daya Travi (KVA)
V= Tahanan Primer dan Skunder Travo
(KV)
I = Ampere yang di hasilkan
4.1.2
Metoda
perhitungan Kawat JTM dan JTR pada Penyulang Balung
a.
Sisi
Primer ( 20 Kv)
R-S =
R-T =
S-T =
b.
Sisi
Sekunder (220/380 V)
R-N = R-S=
S-N = R-T=
T-N = S-T=
4.1.3 Metoda perhitungan Ampere dari KWH (Kolo
Watt Hour)
Dalam
penghitungan Kwh rumah tangga yaitu dengan menjumlahkan pemakayan daya watt dan
di kalikan dengan waktu masa penggunaan daya tersebut, setelah diketahui
keseluruhan daya watt yang di pakai setelah itu di bagi dengan daya maksimum
dari PLN maka akan diketahuan pemakayan KWH dalam kurun waktu tersebut,setelah
pemakayan KWH di ketahuin setelah itu di kalikan dengan harga PerKWH Rp 700/
KWH yang sudah di tetapkan oleh PT.PLN (persero).
Contoh: perhitungan KWH rumah tangga
dalam satu hari:
-lampu 20 W, Jumlah lampu 5 buah =
100 W x 12 jam = 1200 W
-TV 100 = 100 W x 5 jam = 500 W
- Kulkas = 100 W x 24 jam =
2400 W
Jumlah Watt = 3100 W = 3.1 KWH/ hari
3.1
x 700 = RP 2170/ hari pemakayan daya listrik rumah tangga.
4.1.4 Penyebab
Terjadinya Gangguan Pada JTR Penyulang
balung
Dalam operasi sistem tenaga listrik
terjadinya gangguan tidak dapat dihindarkan
terutama pada jaringan Jaringan Teganggan Menengah (JTM). Adapun gangguan
tersebut dikarenakan adanya kejadian secara acak dalam sistem yang dapat berupa
berkurangnya kemampuan peralatan, meningkatnya beban dan lepasnya
peralatan-peralatan yang tersambung ke sistem JTM. Diantaranya gangguan yang
sering terjadi pada jaringan JTM adalah gangguan hubung singkat fasa-fasa atau
satu fasa tanah. Adapun berbagai gangguan yang terjadi pada jaringan JTM
diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya ;
Ø
Sambaran
petir yang mengenai jaringan
Ø
Menempelnya
arku layang-layang pada kabel jaringan
Ø
Pohon
atau ranting yang menempel pada kabel jaringan.
Ø
Hilang
atau putusnya kawat netral
4.1.5 Dampak yang terjadi akibat gangguan
pada Pada JTR Penyulang balung
Dengan adanya sambaran petir yang mengenai jaringan, ranting pohon yang
menempel pada kabel jaringan dan benang layang-layang yang menempel atau
melilit kabel jaringan maka akan berdampak terjadinya arus lebih (over current)
yang disebabkan hubung singkat fasa-fasa. Terjadinya over current akan
membuat sistem relay proteksi atau pengaman jaringan bekerja. Apabila sering
terjadi arus berlebih atau hubung singkat maka semakin sering pula relay
proteksi bekerja dengan demikian akan sesering itu pula trafo daya menerima
hubung singkat, dimana akan memperpendek umur trafo daya tersebut. Selain itu
dampak yang paling berbahaya adalah terputusnya kawat netral. Dimana dampak
tersebut adalah ;
Ø Dampak terhadap kerja GFR (Ground Fault Relay)
Dengan banyaknya kawat netral yang terputus menyebabkan arus gangguan
ke tanah menjadi lebih kecil dari arus setting peralatan proteksi yang
terpasang. Dengan demikian impedansi urutan nol saluran akan menjadi lebih
besar daripada jaringan saat kondisi normal. Hal ini akan sangat membahayakan
manusia dan juga bisa menyebabkan kerusakan pada peralatan yang tersambung ke
sistem akibat tidak bekerjanya relay proteksi.
Ø Dampak terhadap peralatan pelanggan dari pengaruh sambaran petir
Sambaran petir terhadap jaringan JTM bisa menimbulkan arus gangguan yang sangat
besar. Dan dengan putus atau hilangnya kawat netral apabila jaringan tersambar
petir maka akan menyebabkan tegangan sentuh menjadi besar dan tegangan ini
berpotensi merusak peralatan pelanggan.
4.1.6 Upaya
Penanggulangan Gangguan Pada JTR
Penyulang balung
Permasalahan gangguan hubung singkat
pada jaringan JTM dapat diselesaikan dengan beberapa alternatif pemecahan,
diantaranya adalah :
1.
Pemeliharaan
kabel JTM secara berkala dengan memangkas ranting pohon atau batang pohon yang
hampir atau sudah mengenai kabel JTM dan membersihkan kabel JTM dari
benang-benang atau rangka layang-layang yang menempel atau melilit pada kabel.
2.
Mengefektifkan
kerja sama antara PLN , POLISI dan masyarakat dalam hal pengawasan maupun
penindakan terhadap perbuatan tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab
seperti pencurian listrik ataupun pencurian alat-alat yang terpasang pada
jaringan.
3.
Dengan
lebih memaksimalkan kerja suatu alat proteksi dalam mengatasi gangguan hubung
singkat, seperti relay arus lebih (Over Current Relay/OCR), relay arus lebih
gangguan tanah ( Ground Fault Relay/GFR), Recloser, sectionaliser dan pelebur
(fuse cut out).
4.2. Alternatif
Pemecahan Masalah
Dari alternatif pemecahan masalah yang
telah diutarakan diatas, penulis memilih alternatif pemecahan poin kesatu dan
kedua, yaitu pemeliharaan kabel JTM secara berkala dengan memangkas ranting
pohon atau batang pohon yang hampir atau sudah mengenai kabel JTM dan
membersihkan kabel JTM dari benang-benang atau rangka layang-layang yang
menempel atau melilit pada kabel. Dan lebih mengefektifkan kerja sama antara
PLN, POLISI dan masyarakat dalam mengawasi dan menindak terhadap perbuatan
tangan-tangan yang tidak bertanggung
jawab seperti pencurian listrik ataupun pencurian peralatan yang terpasang pada
sistem jaringan. Saya memilih dua poin ini karena apabila kabel JTM sudah
terpelihara dan tidak ada pencurian
terhadap peralatan sistem jaringan maka sistem distribusi pun akan lancar dan
gangguan hubung singkat pun tidak akan terlalu sering terjadi sehingga akan memperpanjang
umur peralatan yang terpasang pada sistem.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan pengamatan ketika melakukan
Kerja Praktek yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. perlu adanya pemeliharaan
·
pemeliharaan rutin (preventif)
pemeliharaan
rutin (preventif) kegiatan bersifat pencegahan dan bertujuan untuk mendapatkan
jaminan penyaluran dan dapat dipertahankanya efisiensi, mutu dan keandalan
tenaga listrik, serta aman pada jar – dist maupun personilnya dan dilaksanakan
degan jadual yang telah ditentukan.
·
pemeliharaan khusus (korektif).
Pemeliharaan yang sidah teridentipikasi kerusakannnya
yang kan menyebabkan gangguan pada jaringan tersebut,
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1.
Baiknya pemasangan panel dan jaringan setiap pekerja diwajibkan memakai
perlengkapan lengkap untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Arsip dan Dokumentasi PT.PLN
(persero) Rayon Jember Kota
2. Arsip dan
Dokumentasi Universitas Muhammadiyah Jember Jurusan Teknik Elektro.
3. Mediat Internet
yang terdiri dari beberapa Makalah tentang Jaringan JTM distribusi jawa timur.
oi
BalasHapusmas judulnya apa ini?
BalasHapusJudulnya apa ini
BalasHapus